-------------------------------****VISITING MY WORDPRESS AND CLICK HERE*****--------------------

Cool Blue Outer Glow Pointer

Rabu, 04 Desember 2013

--<<< Rumi Persuades Love >---





Love is the essential composition of human being.  Love is always patient and kind. It’s never rude or selfish, and it’s always ready to excuse, to trust, and to hope. Love gives relations and connections to us with the others. Moreover, it leads us to engage many useful histories in our life. Love is like the sea which has wide space, and it gives spaces and doors to us to get in pure space.

Love invites everyone to introduce itself to “who” and “what”. Love is never stop to give the power to everyone who wants to get the happiness. Love is the path which makes us really close with another person. Thus, we would be felt so lonely except love.  Above all, I ever read Rumi’s father poem, it is:
The most effective of God’s creation is Love”
Al-Rumi jua memberikan ikatan dengan kata-kata ayahandanya ini, yaitu:
Karena cinta, sesuatu yang pahit menjadi manis dan tembaga menjadi emas.
Karena cinta, endapan menjadi jernih dan kesengsaraan menjadi hilang.
Karena cinta, yang mati menjadi hidup. Karena cinta, raja menjadi hamba.
Kedua puisi ini, ingin memberikan sebuah pengenalan cinta kepada kita. Bahwa cinta adalah alasan kita kalah dan menang dalam menjalani kehidupan ini. Cinta memberikan kita kekuatan dan dunia, sehingga kita dapat bangkit dan menjelajahi rahasia-rahasianya. Cinta memberikan kesucian dan kesenangan, sehingga jiwa kita menjadi jernih dan tidak terperangkap dalam jalan kesengsaraan. Cinta menginginkan kita tetap bertahan untuk semangat hidup, dan hidup dalam ketundukan dan terpaling dari kedurhakaan.
Cinta diambil dari banyak istilah, dan hanya empat saja yang dapat saya sebutkan. Al-Rahim, al-Rahman, al-‘Isyq, dan al-Mahabbah, keempat istilah ini memiliki perbedaan makna. Namun, keempat ini dapat mengarahkan seseorang menuju cinta, ketika mau mengenal cinta dan berjalan dengannya.
Empat istilah cinta diatas ini, memberikan sebuah makna bahwa begitu luas arti dan maksud dari cinta. Cinta memiliki peranan yang begitu kuat dan dalam, bahkan Ratu Zulaikha pun tunduk akan cinta yang tertanam dalam wajah Yusuf as. Cinta menjadi begitu penting dan berharga, tanpanya maka kebahagiaan dunia dan akhirat tak akan pernah selamananya diraih, walau hanya sebesar atom sekalipun. Maka bagaimana cinta dengan Ia sang pemiliki cinta?
Jiwa yang mengenal cinta dengan makna dan hakikatnyalah yang dapat menggapai cinta-Nya, dan mencintai-Nya dengan ketulusan. Yang mana jiwa manusia tak akan ditinggal cinta, hanya saja cinta yang tertanam harus dibimbing oleh akal dan hati yang suci. Sehingga cinta dapat diraih sejatinya, dan kebebasan meraih cinta-Nya.
Jiwa melebur oleh cinta menuju Ia sang maha cinta, lalu terbang bebas ke alam yang tanpa ruang dan keterbatasan. Kebebasan pun mengatakan, bahwa apa saja mungkin dan kita berhak untuk meenjelajahi ke mana pun jiwa dan cinta membawa kita.
Jalaluddin al-Rumi memiliki perjalanan spiritual yang bersejarah, perjalanannya itu mengantarkan ia pada guru pertamanya, Burhanuddin al-Tirmidhi. Saat itu pun lewat, al-Rumi hidup dengan mengajar murid-muridnya. Bukan hanya ilmu-imu formal yang ia ajarkan, ia juga menyadari bahwa setelah sekian lama ia mempelajari tasawuf, ada kekuatan yang tersembunyi dalam diri manusia ( cinta ilahi “isyq”).
Ia bertemu dengan seorang darwis agung yaitu Tabriz, nama lengkapnya Syamsiddin al-Tabriz. Dari sinilah spiritual al-Rumi berubah dahsyat, ia menemukan cinta yang begitu dalam. Sejak saat itu jua, al-Rumi tidak mau berpisah dengannya. Namun, pepisahan pun tiba dengan diusirnya Tabriz oleh murid-muridnya al-Rumi, yang mana mereka tidak menyukai atas kehadiran guru al-Rumi ini.
Perpisahan ini menciptakan kerinduan, lalu cintanya terhadap Tabriz begitu mendalam. Cinta yang dikatakan gurunya, bahwa cinta dapat mentransformasikan jiwa seseorang menjadi lain, al-Rumi bukan hanya sebatas mengalaminya, bahkan ia mampu mentransendenkan jiwanya menuju cinta ilahi. Cinta dan kerinduannya ini merubah pikiran dan spiritual al-Rumi, hingga ia pun berhenti mengembara mencari gurunya. Dari pengetahuan dan spiritual baru al-Rumi ini, ia mulai mengajarkan bagaimana menuju cinta ilahi pada murid-muridnya.
Cerita singkat diatas memberikan sebuah pesan dan kesan, bahwa cinta muncul karena adanya keterikatan jiwa dengan jiwa yang memiliki cinta dan meraih cinta-Nya. Syamsiddin al-Tabriz yang memiliki cahaya kesucian jiwa dan mengenal cinta sampai hakikat, menyalurkan cahayanya terhadap al-Rumi. Hingga sosok al-Rumi yang sedang mengkaji cinta sampai pada keterikatan dua jiwa yang memiliki kecintaan.
Ikatan dua jiwa yang diikat cinta ini saling memasuki sebuah dunia yang bebas. Tidak memerlukan kedekatan fisik, al-Rumi dapat merasakan cinta gurunya. Cinta, jiwa, dan kebebasan yang saya jelaskan dalam pembahasan mengenal cinta, telah diraih oleh al-Rumi. Ia menemukan cinta dalam dirinya, cinta gurunya, serta ikatan pertemuan dua jiwa dengan kekuatan cinta. Lalu cinta itu melahirkan cinta lain, bahwa menuju cinta inilah seharusnya. Lantas Rumi menyadari, dan menggapai sebuah cinta yang agung, yaitu cinta-Nya.
“Cinta adalah rasa pilu karena terpisah, tanda dan bola kaca rahasia-rahasia Tuhan.
Apakah ia buatan langit ataupun bumi? Cinta akan membimbing kita kesana akhirnya.
Pikiran akal gagal menerangkan cinta, seperti keledai di lumpur: cinta sendirilah pengurai cinta.
Tidaklah matahari sendiri yang menerangkan matahari?
Kenali ia ( cinta)! Seluruh bukti yang kucari ada disana”. ( Jalaluddin al-Rumi)



0 comments:

Posting Komentar

 
Sumber : http://abitalita.blogspot.com/2012/10/membuat-tombol-scrolling-top-down.html#ixzz2H6Mltfr4 Read more: http://www.bocahit.com/2012/07/cara-memberi-efek-ketikan-pada-nama.html#ixzz2HxW6Nark