Desaran
ombak laut sering aku dengar dari orang, bahwa ia bergelut dengan angin
angkasa. Tiupan sejuk setiap pagi, aku rasakan bahkan menjadi suasana yang
biasa bagiku. Burung-burung beterbangan membetuk barisan yang begitu rapi, di
kejar tarian capung yang melayang kesana- kemari.
Dedaunan pagi bergeliat bangun, jatuhkan embun pagi yang oval dan jernih.
Tetesan itu bangunkan semut-semut untuk bergotong -royong mencari makanan. Kulihat semua penduduk bumi bangun, dan bagkit untuk bekerja sesuai dengan profesi mereka.
Dedaunan pagi bergeliat bangun, jatuhkan embun pagi yang oval dan jernih.
Tetesan itu bangunkan semut-semut untuk bergotong -royong mencari makanan. Kulihat semua penduduk bumi bangun, dan bagkit untuk bekerja sesuai dengan profesi mereka.
Semua
yang ada di dunia ini, tak ada yang berhenti satupun untuk bekerja dan beraksi,
hanya mereka yang mati , yang menaggung semua amal yang mereka perbuat didunia.
Matahari tetap sama terbit diufuk timur, dan terbenam diufuk barat. Air tetap
membasahi setiap hal lain yan menyentuhnya, begitu juga api yang akan membakar
setiap yang mendekatinya. Aku dan anda tetap sama bernafas dan merasa bahwa
kita tetap hidup, hanya saja ada perbedaan hati dan hakikat eksistensi.
Pernahkah
anda merasa bahwa ada hal lain dari semua yang anda lihat, yang senantiasa
melihat dan memperhatikan? Saya katakana anda semua merasakannya. Namun
pernahkah anda mendapatkan dan merasakan perbuatan yang anda lakukan menjadi
pelajaran, bahwa hal itu memperhatikan anda? Mungkin anda bingung, dan kini aku
lanjutkan penulisan akan pengalamanku ini.
Aku
bersyukur dikarunia banyak teman dan kawan, mereka baik dan berbagi kebaikan
jua padaku. Kami selalu berbagi dan membantu disaat tertimpa kesulitan diantra
kami. Dan aku merasakan kebahagiaan yang nyata, aku berkata bahwa semua ini
adaalah kasih sayang Allah Swt dan cinta-Nya padaku. Memang itu adalah
faktanya, namun terkadang seseorang melakukan kesalahan dalam
meni’matinya.
Suatu
hari ada seorang temanku, ia berpesan padaku bahwa jangan terlalu dekat dengan
seorang teman, karena suatu saat ia akan menjadi musuh anda atau menjadi yang
paling membenci anda, begitu juga sebaliknya.
Tak lama
kata-kata itu berlalu, aku menghadapi banyak masalah dengan sahabat- sahabatku.
Aku difitnah, dicela, dijauhi, banyak ungkapan belakang yang
menjelek-jelekanku, namaku diobral dengan harga yang murah disebut-sebut,
bahkan lebih dari itu mereka menjauhiku. Aku sedih namun apa yang perlu aku
tangisi, lantas aku teringat dengan nasihat temanku disaat aku kelas 2 smp,
yang mengatakan bahwa “ untuk apa menangisi hal yang sepele dan tidak
penting, lebih baik menangisi hal lain yang lebih penting”, kata-kata
ini keluar dari ingatanku dan menjadikan aku berhenti untuk menangisi hal ini.
Aku tahu hal lain yang dikatakan temanku yang aku harus tangisi, itu adalah
dosaku yang telah aku perbuat pada Allah , yang sudahkah aku tangisi dan
meminta ampunan pada-Nya?.
Masa-masa
ini aku jalani cukup lama, namun Ia swt tetap memberikan padaku seorang sahabat
yang setia padaku dan tetap mendukungku untuk menjadi tetap semangat dan
tersenyum. Dari mereka ada yang berkata padaku bahwa “ hai
kawan,,,janganlah menjadi berputus asa karena dijauhi teman-teman
yang kamu anggap baik padamu serta kamu baik pada mereka, namun ada satu hal
lain yang cemburu akan kedekatanmu pada mereka, kemudian Ia jadikan mereka jauh
darimu, dan berkata padamu” hai manusia ingatkah engkau padaKu, bahwa Akulah
yang harus menjadi yang paling engkau cintai?”. Aku pun berkata
padanya, lalu apa yang harus aku lakukan? Temanku melanjutkan “ Dan
kamu beruntung mengalami hal ini, sebagai pelajaran bahwa jangan terlalu lelap
mencintai dan bersenang-senang dengan manusia sepertimu kawan, karena ada Ia
yang harus lebih kamu perhatikan, dan hendaklah berdoa pada-Nya dengan
menyerahkan semua urusanmu pada-Nya.”
Aku
menjadi mengerti dan berterima kasih pada Allah swt, yang mengirimkan seorang
teman seperti dia ini. Dan aku mulai hal yang baru dalam semua gerak-gerik
langkahku, aku tinggalkan hal yang penting demi yang lebih penting, terlebih
aku tinggalkan hal-hal yang tidak penting bahkan yang lebih tidak penting
bagiku. Aku ingin tuliskan nama-nama temanku dalam ceritaku ini, namun aku
harus meminta izin pada mereka, sehingga untuk berterimakasih pada mereka,
cukup dengan nasihat-nasihat mereka yang aku cantumkan, dan aku kenang mereka
dalam hatiku serta memoriku.
Jangan
pernah kita melupakan bahwa Allah tidak memperhatikan kita, Ia senantiasa
mengetahui semua yang manusia perbuat, besar dan kecil bahkan yang lebih
terkecil sekalipun. Dan selalu akan ada cobaan pada manusia, sebagai pelajaran
terpenting yang harus aku dan anda ketahui. Mungkin anda pernah dan sering
mendengar atau mungkin belum pernah mendengarnya, dan aku ceritakan kembali
bagi kalian yang tahu ataupun belum tahu tentang kisah cinta Rabiah
al-adawiyah, Seorang perempuan yang menjalani hidupnya yang asing dan
diasingkan manusia penuh cinta, cinta pada-Nya yang begitu mendalam, hingga
hakikatlah yang ia gapai tentang-Nya. salah satu ungkapannya adalah “
cintaku pada-Mu ya Allah telah menutup semua cintaku pada selain-Mu”, sungguh
terkandung makna yang begitu mendalam bahwa cintanya pada-Nya Swt tiada ada
yang dapat menggaitnya pada selain-Nya Swt.
Sekarang
adalah masa yang harus aku dan anda lakukan, dan nanti adalah masa yang
akan atau tidak kita rasakan. Aku mengajak anda untuk merenung sejarah lalu dan
pengalaman dahulu, untuk dijadikan pelajaran, dan dilakukan sekarang. Pernahkah
anda pergi jauh keluar kota, dengan menaiki sebuah kapal yang menyeberangi
luasya lautan? Jikalau pernah maka pastilah beda dengan perjalanan yang aku
alami. Lantas aku bertanya kembali, sudahkah anda mendengar cerita seseorang
yang tidak yakin akan Tuhan, yang terdampar ditengah lautan dan di kejar ombak
bergulung kencang bak permadani yang hendak di lipat dan dirapihkan, kemudian
ia rasakan ada satu zat lain yang kuat, dan dzat itu menjadi yang paling ia
harapkan saat itu? Aku yakin anda sudah banyak mendengar tentangnya, dan tak
usah bagiku menceritakannya lagi. Namun aku sama dengan cerita itu, aku rasakan
takut dan gelisah yang nyata, yang mana dahulu, disaat guruku cerita tentang
ini aku bayangkan seandainya dia adalah aku, namun pada kesempatan lain aku
rasakan jua apa yang aku andaikan itu.
Tepatnya Hari
Jum’at siang 3 Juni 2012, aku dan teman-temanku beserta guruku, mengakhiri
liburan happy kami dipulau seribu,kami tinggalkan pulauini untuk pulang ke pejaten.
Suasana yang panas dengan tiupan angin yang kencang membuat aku ngantuk, dan
hal ini bisa menyebabkan aku tertidur. Dan aku tidak akan biarkan hal itu
terjadi, salah satu caranya aku putar music di mp3, karena aku khawatir dengan
suasana laut yang kurang baik dalam perjalanan pulang ini.
Awalnya
memang indah dan menakjubkan hatiku melihat keindahan laut, namun keindahan itu
menjadi hilang ditutup desaran ombak, yang bergulung bak karpet dilipat, hingga
menjadikan kapal berguncang dan bergoyang kekanan-kekiri. Serentak aku dan
teman-temanku teriak ngeri dan takut,bahwa kapal yang kita tumpangi akan
tenggelam. Jujur seluruh bulu pundakku berdiri, aku bayangkan kapal ini
tenggelam dan menjatuhkan kami kedasar lautan, aku lepaskan semua harapan
keselamatanku, karena kenyataan yang mengatakan bahwa aku tidak bisa
berenang.
Aku hanya
bisa berharap aku syahid tenggelam di tengah lautan ini. Guncangan semakin
kencang, teriakan teman-temanku membuatku tambah gelisah, bahkan teman
perempuanku yang ada dibelakang posisiku menangis, khawatir dengan keadaan
kapal. Aku coba tenangkan hatiku yang penuh takut in, dengan mengeraskan volume
mp3. Namun tak cukup itu bagiku, aku tetap khawatir dan gelisah. Lantas aku
ambil sebotol aqua unuk aku jadikan berwudhu, aku shalat dan bermunajat kepada
zat yang maha agung dan kuasa. Lepaslah semua harapanku pada selain-Nya, Allah
Swt lah harapanku saat itu, aku menangis dan memohon agar Ia menyelamatkan aku
dan semua penumpang kapal. Aku rasakan Dia ada dalam kekhawatiran ini, setiap
asma-Nya kusebut, sejuta harapan menenangkan hatiku. Tawassul pada para
kekasih-Nya aku ungkapkan atas ridho dan izin-Nya, yang mengingatkan aku pada
peristiwa Nabi Nuh As, yang setiap sembilah kapal itu tertulis asma Muhammad
Saaw, Ali As, Fatimah As, Hasan as, Dan husein As, dan berkat itu kapal selamat
berlabuh. Aku serahkan semua urusan dan kegelisahan hatiku kepada-Nya, hingga
tiada harapan sedikitpun saat itu, kecuali pertolongan dan rahmat-Nya Swt. Dua
puluh menit aku habiskan berharap pada-Nya dan memohon rahmat-Nya, yang
kemudian aku terlelap berlabuh ke negeri impian.
Peristiwa
yang tak pernah aku sangka ini, aku alami dan hadapi sendiri. Aku
bertanya pada anda, apakah anda mau mengalami hal yang sama sepertiku ini,
ditengah laut dengan kedalam 2000 meter, anda dikejar ombak bergulung yang
hendak menenggelamkan kapal yang anda tumpangi? Aku tak tahu persis jawaban
anda, namun aku sangat berterima kasih mengalami hal ini, dan menjadi renungan
dan pelajaran yang sangat bernilai bagiku, karena aku saksikan dengan nyata
seruan-Nya dari langit, yang memanggilku untuk berharap pada-Nya. Dan aku ucap
jua terimakasih tiada batas, bahkan tiada tempat karena luasnya ungkapan ku
ini, atas rahmat dan pertolongan Ia Swt aku dan teman-temanku serta
para penumpang kapal selamat dari santapan ombak itu.
Hari ini
dan detik ini, adalah tugas aku dan anda untuk merenungkan peristiwa diatas,
kemudian dijadikannya pelajaran hari ini. Masih ingat dengan perkataanku yang
mengajak anda “untuk merenungkan sejarah lalu dan pengalaman dahulu,
untuk dijadikan pelajaran, dan dilakukan sekarang.”
Tahukah
anda persaanku saat itu sampai sekarang? Sejuta kebahagiaan dan ketenangan
melekat dalam hatiku, atas kuasa dan rahmat-Nya yang aku lihat. Energy harapan
dan permohonanku, menyetrum aliran cinta-Nya Swt, hingga terpancar
kebijaksanaan-Nya. Semua jiwa dan ragaku tak kuasa untuk berbuat, kecuali
seruan cinta-Nya, yang memanggilku untuk kembali pada-Nya.
Itulah
seruan cinta Sang Maha Cinta yang nyata aku rasakan, kemudian aku berkata
bahwa:
“Tatap rahmat-Mu mengunci hatiku untuk berpaling pada yang lain,
buaian ridha-Mu mengikat tanganku untuk tak meminta kecuali pada-Mu.”
***
karya apendi cahya (cahya nur),apendicahya.blogspot.com
0 comments:
Posting Komentar