-------------------------------****VISITING MY WORDPRESS AND CLICK HERE*****--------------------

Cool Blue Outer Glow Pointer

Kamis, 14 Februari 2013

-----<<< Renungan Kehidupan >>>------




Aku ingin seperti bulan walau hanya satu, ia dapat menerangi kelamnya malam. Namun aku sekarang adalah lampu berbaterai, yang membutuhkan saluran energy lain untuk tetap nyala. Aku ingin terbang dengan kedua tanganku jauh keangkasa, dapat kupandangi indahnya samudera dan permukaan bumi, namun itu adalah angan-angan yang dibohongi khayalan dan sia-sia.

Aku berharap dapat mengikat semua cinta, hingga aku hidup penuh bahagia, namun itu tak mungkin bagiku, karena aku tak pernah ungkapakan rasa itu, dan inilah keinginan yang dihiasi oleh kejujuran dan tertanam kesempatan. Jikalau aku disuruh untuk memilih,maka “aku yang kedua” yang aku pilih, walau kenyataan “aku yang pertamalah” yang sering dan sedang aku lakukan.
Kemarin, sekarang dan esok adalah sekumpulan waktu, yang selalu berkaitan. Tanpa kemarin yang kita lakukan tiada ada sekarang menjadi renungan, maka tentulah hari esok tak ada perbaikan.Memang susah untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan, namun usaha tetap harus untuk kita perjuangkan.
Waktu telah berlalu, batu yang telah dilempar tak bisa diambil ulang, dan sama untuk dilempar dengan yang pertama, bahkan ucapan yang aku ucap tak bisa aku rubah kembali. Semua berlalu dan berjalan tiada henti, nafas terus berhembus selagi dadaku masih berdetak. Impianku selalu aku harapkan, yang berlayar diatas ombak angan-anganku. Pengalamanku sudah penuhi semua kertas riwayatku, dan mengisi banyak kisah di bumi ini.
Angan-anganku di khianati fatamorgana nafsu, yang mengajak pada ketiadaan. Aku ukir bangunan mewah, namun hanya ruang hampa dan kekosongan. Kedua mataku melotot kencang dan teliti, mengintai setiap wujud. Hatiku was-was diiringi mantra mulut, melekatkan pada rasa ingin tahu yang mendalam. Tanganku melambai-lambai tiada henti, bagaikan pelapah kelapa di tarik angin lautan. Sudah lama aku menunggu gelap, dengan menutup kedua mataku untuk terbang di negri impianku. Namun dengan sekejap terang itu tiba, menutup awan gelap dan menjadi terang penuh warna. Dan impianku terputus dalam negri gelap, menuju cahya hijau dan beragam warna kehidupan.
 Kini aku sadar bahwa setiap langkahku dihitung perjalanan, dan membekas sejarah serta cerita. Setiap hembus angin yang menyapa dedaunan hingga bergerak, mengingatkanku pada setiap hembus nafas yang aku hirup hingga aku dapat hidup. Aku tuju setiap sudut liku-liku jalanan, menapaki kerikil bebatuan dan duri. Terjatuh dan terpukul aku kebumi, berdebu dan compang -camping terlihat.Aku bingung dengan banyak teriakan yang menertawakanku, bahwa aku adalah orang yang tak berdaya. Mungkin itu benar, tapi aku akan menegaskan bahwa aku adalah benih yang menanti siraman. Rintihan langit menjadi saksi atas penantianku, dan mencurahkannya dengan tangisan. Aku terbangun dan berdiri, bahkan tumbuh semua keinginanku untuk tegar dan kuat.Tetesan tangisannya menusuk kulit-kulitku, hingga aku tak sadar.
Kehidupan baru aku mulai saat ini, ternyata hujan malam membuat aku sadar dan mengetahui. Aku faham dengan semua yang aku dan bahkan manusia lain rasakan, bahwa hidup bukanlah perjalanan tiada tujuan, melainkan banyak fenomena lainnya yang belum aku dan manusia ketahui dengan benar. Aku tertawa dengan masa laluku yang telah silam, dengan sikapku yang egois dan putus asa. Benar apa kata temanku bahwa suatu saat nanti aku akan tertawa, disaat masa laluku itu telah berlalu. Setiap ucapan tidak semuanya benar dan salah, bisa jadi keduanya memiliki arti yang tak bisa manusia maknai. Sehingga menjadi tugas manusia untuk menjaga ucapan, bahkan ucapanlah ikatan manusia dengan yang lainnya.
Kakiku tak henti dibawa perjalananku, tak kenal ras atupun keadaan yang aku hadapi. Aku hanya akan berkata bahwa inilah takdir yang sedang aku jalani, dan menjadi suratan bagiku. Bentuk wajah baru sudah tak aneh aku temui, bahkan bahasa menjadi banyak dalam pikiranku. Harus aku akui bahwa kehidupan selalu dihadapkan pada berbagai suasana, baik itu dalam kebenaran atau sebaliknya. Mentari tak bosan untuk berputar sesuai jadwalnya, untuk menerangi rumahku yang luas ini. Keindahan tak lagi tersembunyi, semua menjadi jelas dihadapan mataku dan semua makhluk yang ada.
Rasa ingin tahuku tak akan terhenti, selagi hatiku dan tekadku berkata, bahwa aku harus tetap berjuang dan jangan kenal putus asa. Angin selalu mendorongku pada ketegaran, walau terkadang membawaku pada kedinginan hati dan tubuh. Panas mentari menjadi sebab gerah dan lelah, namun disisi lain ia menjadi penghangat alami untuk manusia yang dingin akan berusaha.
Kulepas semua pakaian congkak dan sombong, dan kudekati busana wangi berkelip ketakwaan. Namun, ada tangan yang gatal mendorongku hingga terjauh darinya. Aku bergegas bangun dan berdiri, mengejarnya dan ingin aku hempaskan ia dengan tanganku. Apa daya yang aku miliki, ia terlalu kuat untuk bertahan. Terlalu banyak sekutunya yang mengikatku, untuk mau menerima jaminan gantinya. Tidak, itu hanya keputus asaanku saja, yang takut akan kesengsaraan. Aku ambil busana itu dan pergi dari sekumpulan materialis. Sekarang aku pakai dua pakaian sekaligus, pakaianku yang dahulu serta busana itu. Akupun tersadar bahwa aku masih yang dahulu, hanya busana itu saja yang membuatku tampil berbeda.
Sudah banyak waktuku habis lama dengan busana ini, tapi tak ada perubahan sedikitpun yang membekas pada hati nuaraniku. Ingin aku lepas, namun aku khawatir hal itu  membuat aku lupa pada kebenaran. Tetap aku biarkan melekat dalam kehidupanku, walau hanya masih busana dan belum menjadi karakter diriku. Terlepas dari semua itu, aku sekarang berjanji pada diriku sendiri, untuk tetap mempertahankan keadaanku yang diikat busana itu.
Malam tetap dingin dan gelap, siang tetap terang dan penuh kehangatan. Burung sangkar lepas dan terbang bahagia, karena lupa pemiliknya menutup pintu. Ia kepakan sayapnya penuh semangat dan energy, bahkan ia tersenyum dengan siulan yang merdu, tertawa dan berkata pada semua bahwa kebebasanlah yang harus kita miliki. 
Hatiku terkunci untuk mengenal kebebasan, dan memborgol kedua tanganku ini pada ketakutan. Setiap kesempatan ada dorongan untuk bebas, bayangan keburukan menjelma dalam benakku. Aku bertanya pada diriku, makna kebebasan yang seharusnya manusia miliki. Untukku kebebasan bukanlah kebebasan manusia utuk berbuat, yang menjadi semua kehendaknya tanpa ada batasan. Karena jikalau tiada batasan , maka akan ada kebebasan lain yang diikat selain dimensi kemanusiaan. Bukanlah kebebasan yang kiranya dapat merampas hak lain, maka hancurlah setiap keinginan dan harapan kebebasan.
Aku berkata bahwa kebebasan adalah bebasnya manusia untuk bertindak, namun dengan kebebasan sesuai aturan manusia. jikalau keluar dari itu maka kebebasan itu adalah menurut syaitan, hewan, dan makhluk lainnya selain manusia.

                                                                                    afendi cahya


0 comments:

Posting Komentar

 
Sumber : http://abitalita.blogspot.com/2012/10/membuat-tombol-scrolling-top-down.html#ixzz2H6Mltfr4 Read more: http://www.bocahit.com/2012/07/cara-memberi-efek-ketikan-pada-nama.html#ixzz2HxW6Nark